Selasa, 17 Mei 2011

Isolasi Kencur (Kaempferia galanga) secara Kromatografi Lapis Tipis Preparatif


Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat.  Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik, daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwara lembayung dengan warna putih lebih dominan. Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka.
Nama tanaman ini antara lain adalah Kencur (indonesia, Jawa), Cikur (sunda), Ceuko (Aceh), Kencor (Madura), Cekuh (Bali), Kencur, sukung (Minahasa), Sauleh, Soul, Umpa (Ambon), Cekir (Sumba), Cekur (Malaysia), Pro hom (Thailand).
Kencur memiliki kandungan kimia yaitu rimpang Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom.
Berbagai masakan tradisional Indonesia dan jamu menggunakan kencur sebagai bagian resepnya. Kencur dipakai orang sebagai tonikum dengan khasiat menambah nafsu makan sehingga sering diberikan kepada anak-anak. Jamu beras kencur sangat populer sebagai minuman penyegar pula. Di Bali, urap dibuat dengan menggunakan daun kencur
Berikut adalah klasifikasi dari tanaman kencur
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Genus:
Spesies:
Kaempferia galanga














Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
o Tipe persiapan sampel
o Waktu ekstraksi
o Kuantitas pelarut
o Suhu pelarut
o Tipe pelarut

Minyak dapat diekstraksi dengan perkolasi, imersi, dan gabungan perkolasi-imersi. Dengan metode perkolasi, pelarut jatuh membasahi bahan tanpa merendam dan berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersirkulasi di dalam ekstraktor. Sehingga dapat disimpulkan:
o   Dalam proses perkolasi, laju di saat pelarut berkontak dengan permukaan bahan selalu tinggi dan pelarut mengalir dengan cepat membasahi bahan karena pengaruh gravitasi.
o   Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodeik sampai bahan benar-banar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pelarut mengalir perlahan pada permukaan bahan, bahkan saat sirkulasinya cepat.
o   Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah pelarut bergerak melalui bahan.
o   Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter-current terhadap bahan. Sehingga bahan dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan pelarut yang kosentrasinya paling rendah.
       Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan minyaknya lebih mudah terekstraksi. Sementara metode imersi lebih cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak yang berdifusi lambat.
     Ekstraksi bahan makanan biasa dilakukan untuk mengambil senyawa pembentuk rasa bahan tersebut. Misalnya senyawa yang menimbulkan bau dan/atau rasa tertentu.
Ekstraksi Soxhlet
          Ada dua jenis ekstraktor yang lazim digunakan pada skala laboratorium, yaitu ekstraktor Soxhlet dan ekstraktor Butt. Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek sifon.
Prinsip kerja ekstraktor Butt mirip dengan ekstraktor Soxhlet. Namun pada ekstraktor Butt, uap pelarut naik ke kondensor melalui annulus di antara selongsong dan dinding dalam tabung Butt. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong langsung lalu keluar dan masuk kembali ke dalam labu didih tanpa efek sifon. Hal ini menyebabkan ekstraksi Butt berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan (rapid). Selain itu ekstraksinya juga lebih merata. Ekstraktor Butt dinilai lebih efektif daripada ekstraktor Soxhlet. Hal ini didasari oleh faktor berikut:
o     Pada ekstraktor Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa sifon. Hal ini menyebabkan ada bagian sampel yang berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang berada di bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Akibatnya ekstraksi menjadi tidak merata. Sementara pada ekstraktor Butt, pelarut langsung keluar menuju labu didih. Sampel berkontak dengan pelarut dalam waktu yang sama.
o     Pada ekstraktor Soxhlet terdapat pipa sifon yang berkontak langsung dengan udara ruangan. Maka akan terjadi perpindahan panas dari pelarut panas di dalam pipa ke ruangan. Akibatnya suhu di dalam Soxhlet tidak merata. Sedangkan pada ekstraktor Butt, pelarut seluruhnya dilindungi oleh jaket uap yang mencegah perpindahan panas pelarut ke udara dalam ruangan.





IV.1 Data Hasil Percobaan
Berat Simplisia basah = 1 kg
Berat Simplisia kering =
Golongan Senyawa
Hasil
Alkaloid
Bagian 1 : (-)

Bagian 2 : (-)
Polifenolat
(-)
Tanin
(-)
Flavonoid
(-)
Monoterpen dan seskuiterpen
(+)
Steroid dan Triterpen
(-)
Kuinon
(-)
Saponin
(-)

Proses
Hasil
Ekstraksi
Berat simplisia yang ditimbang =  197,43 gram
Pelarut yang digunakan             = 2,5 L
Hasil soxhletasi                         = 1 L
Berat ekstrak kental yang diperoleh = 11,62 gram
Kromatografi Cair Vakum
1.      Fraksi (NH:EA=100:0)   ; Jernih
2.      Fraksi (NH:EA=90:10)  ; Jernih
3.      Fraksi (NH:EA=80:20)  ; Kuning jernih
4.      Fraksi (NH:EA=70:30)  ; Kuning agak pekat seperti berminyak
5.      Fraksi (NH:EA=60:40)  ; kuning pekat
6.      Fraksi (NH:EA=50:50)  ; kuning pekat
7.      Fraksi (NH:EA=40:60) ; kuning pekat, ada sedikit kristal
8.      Fraksi (NH:EA=30:70)  ;  cairan kuning, kristal jarum panjang
9.      Fraksi (NH:EA=20:80)  ; cairan kuning agak pekat
10.  Fraksi (NH:EA=10:90) ; agak kuning
11.  Fraksi (NH:EA=0:100)  ; agak kuning
12.  Fraksi (NH:EA=10:90)  ; agak kuning
13.  Fraksi (NH:EA=20:80)  ; agak kuning
14.  Fraksi (NH:EA=30:70)  ; agak jernih
15.  Fraksi (NH:EA=40:60)  ; agak jernih
16.  Fraksi (NH:EA=50:50)  ; jernih
17.  Fraksi (NH:EA=60:40)  ; jernih
18.  Fraksi (NH:EA=70:30)  ; jernih
19.  Fraksi (NH:EA=80:20)  ; jernih
20.  Fraksi (NH:EA=90:10)  ; jernih
21.  Fraksi (NH:EA=100:0)  ; jernih
Isolasi senyawa secara KLT
·         Fraksi etil asetat dengan menggunakan pengembang toluen : aseton (7:3) pada λ 254 nm tidak menampakkan flouresensi yang jelas……
Isolasi senyawa secara KLTP
Fraksi gabungan no 11 dan 12 dengan menggunakan pengembang toluen : aseton (7:3)
·         Terbentuk 2 pita yang tidak berwarna. Pendeteksi dibawah sinar UV Berfluoresensi pada λ 365 nm.
Identifikasi Isolat
·         Instrumen
Spektrofotometri UV-Visible


·      Yang menunjukkan hasil yang lebih baik adalah pita bagian bawah dengan λmaksimum 277,6 dan memberikan serapan 1,2271

IV.2 Pembahasan
Simplisia yang kami gunakan pada percobaan fitokimia adalah rimpang kencur dengan nama latin Kaempferia galanga dari Familli Zingiberaceae. Rimpang yang masih basah dipotong dan dikeringkan dibawah sinar matahari sebelum jam 09:00. Pengeringan ditujukan untuk menonaktifkan enzim yang ada pada rimpang tersebut. Setelah dikeringkan ditimbang berat kering simplisia kemudian sebagian dihaluskan untuk pengujian tes pendahuluan (tes skrining). Skrining test yang menunjukkan hasil positif hanya test pengujian adanya monoterpen dan seskuiterpen. Golongan monoterpen menunjukkan hasil positif dengan adanya warna ungu biru yang terbentuk.
Berdasarkan hasil tes skrining simplisia percobaan difokuskan pada golongan monoterpenoid. Ekstraksi yang dilakukan adalah dengan cara ekstraksi panas yaitu soxhletasi karena simplisia yang akan diekstraksi adalah bagian keras tanaman yaitu rimpang sehingga perlu pemanasan agar pelarut dapat mengekstrak isolat yang diinginkan. Soxhletasi dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak karena ekstraksi dilakukan secara berulang. Selain itu cara ekstraksi dengan soxhletasi dapat menghemat pelarut dibandingkan maserasi.
Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi adalah n-heksan sebab isolat yang diinginkan kemungkinan bersifat non polar (monoterpenoid). Prinsipnya adalah berdasarkan suka dan tidak suka suatu isolat dalam suatu pelarut. Jika isolat bersifat polar maka cenderung larut dan tertarik pada pelarut polar. Begitu juga pada isolat yang bersifat non polar akan menyukai pelarut non polar juga.
Hasil soxhletasi dipisahkan dari pelarut n-heksan dan dipekatkan dengan cara Rotasi dan Evaporasi (Rotavapor). Ekstrak yang diperoleh dari rotavapor kemudian diuapkan dengan cara dibiarkan pada suhu kamar selama 2-3 hari sampai terbentuk ekstrak kental berwarna coklat yang disertai kristal putih.
Ekstrak kental difraksinasi dalam berbagai perbandingan pelarut n-heksan : etil asetat dan etil asetat : metanol dengan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV). Setiap fraksi memberikan hasil fraksinasi yang berbeda-beda. Proses identifikasi awal dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Pengembang yang digunakan adalah toluen : aseton dengan perbandingan 7 : 3. Semua fraksi hasil KCV ditotolkan pada pelat KLT. Identifikasi tahap selanjutnya digunakan kembali metode KLT pada fraksi yang memiliki spot yang sama yaitu fraksi no 4, fraksi gabungan 8 dan 9, fraksi no 10, fraksi gabungan 11 dan 12, fraksi  no 13 dan fraksi no 14.
Proses isolasi digunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Pengembang yang digunakan sama dengan proses identifikasi yaitu toluen : aseton dengan perbandingan yang sama yaitu 7 : 3. Pada pelat KLTP diperoleh hasil elusi berupa 2 pita yaitu bagian atas dan bagian bawah dan tidak berwarna kemudian dideteksi dibawah sinar UV pada panjang gelombang 365 nm. Kedua pita tersebut dikerok dan dilarutkan dalam metanol dan disaring. Filtratnya di uji secara Spektrofotometri UV-Visible. Puncak yang baik didapatkan dari pita pada bagian bawah dengan mengencerkan sebanyak 2 kali. Diperoleh panjang gelombang maksimum 277,6 nm dengan absorban 1,2271.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ada daftar pustakanya gak kakak?
trimakasih ^^